Selasa, 15 Maret 2016

PREPARASI STOK, ALAT DAN MEDIA KULTUR JARINGAN TANAMAN

A.    Tujuan
Mengetahui cara pembuatan larutan stok dan media serta preparasi alat-alat yang akan digunakan pada kultur jaringan tanaman.

B.     Tinjauan Pustaka
Kultur jaringan merupakan salah satu cara perbanyakan tanaman secara vegetatif. Kultur jaringan merupakan teknik perbanyakan tanaman dengan cara mengisolasi bagian tanaman seperti daun, mata tunas, serta menumbuhkan bagian-bagian tersebut dalam media buatan secara aseptik yang kaya nutrisi dan zat pengatur tumbuh dalam wadah tertutup yang tembus cahaya sehingga bagian tanaman dapat memperbanyak diri dan bergenerasi menjadi tanaman lengkap. Prinsip utama dari teknik kultur jaringan adalah perbanyakan tanaman dengan menggunakan bagian vegetatif tanaman menggunakan media buatan yang dilakukan di tempat steril.
Jaringan yang mengalami perubahan-perubahan dinyatakan sebagai suatu situasi kritis ketika suatu eksplan dikulturkan. Di samping kehilangan suplai air dan mineral sebagai akibat hilangnya tekanan akar, tanaman pun kehilangan karbohidrat karena tidak ada daun-daun yang menyediakan gula ke dalam system floem, juga terjadi gangguan yang menyeluruh pada sistem regulasi hormon tanaman. Pusat sintesis auksin, seperti pucuk-pucuk dengan primordial daun menjadi berkurang bila terjadi proliferasi kalus, demikian pula halnya dengan suplai sitokinin dari akar. Pertumbuhan kultur yang normal dapat kembali diinduksi bila dilakukan restorasi suplai air, komponen-komponen nutrisi, dan zat pengatur tumbuh melalui medium tumbuh.
Media merupakan faktor penentu dalam perbanyakan dengan kultur jaringan. Komposisi media yang digunakan tergantung dengan jenis tanaman yang akan diperbanyak. Media kultur yang baik seharusnya menyediakan unsur hara baik makro maupun mikro, sumber vitamin dan asam amino, sumber karbohidrat, zat pengatur tumbuh, senyawa organik sebagai tambahan seperti air kelapa, ekstrak buah dll, bahan pemadat: agar-agar dan gelrite dan juga menyediakan arang aktif untuk kasus tertentu untuk tanaman.
Sebagian besar medium kultur yang saat ini banyak digunakan merupakan hasil modifikasi dari medium yang dikembangkan sebelumnya, yang telah terbukti sesuai untuk kultur suatu jaringan ataupun organ tertentu.
Salah satu penyebab keberhasilan kultur  jaringan tanaman adalah pemberian nutrisi dalam jumlah dan perbandingan yang sesuai pada medium pertumbuhannya. Medium kultur jaringan terdiri dari zat-zat anorganik yang terdiri dari unsur-unsur hara esensial makro maupun mikro, gula dan zat-zat organik, seperti vitamin dan hormon. Susunan zat-zat tersebut di dalam kultur jaringan bervariasi tergantung dari tujuan penggunaan media tersebut dalam kultur jaringan dan bahan yang dipakai. Salah satu medium yang dipakai, terutama untuk tanaman-tanaman herba adalah medium dasar Murashige dan Skoog (Medium MS). Medium MS mengandung konsentrasi garam mineral yang tinggi dan senyawa N dalam bentuk NO3- dan NH4+.

C.    Alat dan bahan
1.      Timbangan analitik (BI-62 / JICA)
2.      Erlenmeyer 200 cc, 500 cc, 1000 cc
3.      Gelas ukur 100 cc
4.      Pengaduk
5.      Hot plate dan pengaduk magnetik (BI-63 / JICA)
6.      Pipet
7.      Autoclav (BI-65 / JICA)
8.      Alumunium foil
9.      pH meter (BI-3 / JICA)
10.  Kertas label
11.  Zat-zat kimia dan hormon yang dibutuhkan umtuk pembuatan media MS




D.    Cara kerja
Preparasi Larutan Stok dan Media Murashige & Skoog ( Media MS)
1.      Menimbang bahan-bahan kimia makronutrient.
NH4 NO3                     3300 mg
KNO3                          3800 mg
CaCl2.2H2O                880 mg
MgSO4.7H2O              740 mg
KH2.PO4                     340 mg
2.    Melarutkan bahan-bahan tersebut satu persatu ke dalam Erlenmeyer 250 ml yang telah diisi dengan 150 ml aquadest, kemudian menggojok Erlenmeyer setiap kali penambahan bahan kimia sampai larut.
3.    Menambahkan aquadest sampai volume larutan menjadi 200 ml. untuk membuat 1 liter medium MS diperlukan 10 ml larutan stok makro.
4.   Menyiapkan Erlenmeyer 1000 ml yang telah diisi dengan 500 ml aquadest, kemudian menambahkan 10 ml larutan stok makronutrien dan mengaduknya hingga merata.
5.   Menambahkan bahan kimia dan larutan stok lain satu persatu. Setiap kali memasukkan bahan, melarutkan dengan menggunakan pengaduk baru kemudian memasukkan bahan berikutnya. Bahan yang dimasukkan berturut-turut adalah :
a.       Myo-inositol                      50 mg
b.      Sucrose                              15 mg
c.       Iron Stok                           2,5 ml
d.      Mikronutrient Stok           2,5 ml
e.       Vitamin Stok                     2 ml
f.       Larutan hormone 2,4 D     2 ml 90 ppm
6.      Menambahkan aquades hingga larutan mencapai 800 ml.
7.      Mengukur pH (pH 5,7 – 5,8 ). Setelah pH sesuai dengan kebutuhan, menambahkan agar-agar powder ± 4 gr ( untuk media padat). Untuk media cair tidak perlu diberi agar-agar powder.
8.      Menambahkan aquadest  sampai volume mencapai 500 ml. kemudian memanaskan media dia atas hot plate sambil terus diaduk menggunakan magnetic stirrer sampai mendidih dan agar-agar larut.
9.   Menuangkan ke dalam botol kultur secukupnya. Kemudian menutup dengan alumunium foil / plastik dan diberi label MS.
10. Mensterilisasi media MS menggunakan autoclave dengan temperature 121oC selama 15 menit.
11.  Meletakkan alat-alat tersebut pada rak kultur untuk digunakan selanjutnya.
Preparasi Alat
1.  Mencuci alat-alat yang terbuat dari gelas (botol kultur, gelas beker, tabung reaksi, Erlenmeyer, dll) dengan deterjen.
2.      Mengeringkan alat-alat tersebut kemudian ditutup dengan aluminium foil atau plastik.
3.   Mensterilisasi alat-alat tersebut dengan autoclave dengan temperature 121oC selama 15 menit.
4.      Meletakkan alat-alat tersebut pada rak kultur untuk digunakan selanjutnya.

E.     Hasil Pengamatan
Berdasarkan hasil praktikum diperoleh:
1.      1 Liter medium Murashige dan Skoog yang dituangkan ke dalam 50 botol kultur.
2.      Sterilisasi alat dan media MS dan diletakkan pada rak kultur.

F.     Pembahasan
Pada praktikum mengenai preparasi stok, alat, dan media kultur jaringan tumbuhan, praktikan membuat larutan stok yaitu larutan stok makronutrien dan menambahkan myo-inositol, sukrosa, iron stok, mikronutrient stok, vitamin stok, dan terakhir menambahkan agar-agar. Pada praktikum ini, praktikan hanya membuat larutan stok makronutient sedangkan larutan stok mikronutrien, larutan stok vitamin, larutan stok iron, dan larutan stok hormon sudah tersedia dan tinggal ditambahkan satu per satu.
Pembuatan larutan makronutrien tersusun atas NH4 NO3 3300 mg, KNO3 3800 mg, CaCl2.2H2O 880 mg, MgSO4.7H2O 740 mg, dan KH2.PO4 340 mg. Bahan-bahan kimia yang ditambahkan sudah memenuhi nutrisi yang dibutuhkan untuk pertumbuhan dan perkembangan eksplan. Berdasarkan teori, unsur-unsur esensial yang dibutuhkan tanaman dalam jumlah relative besar diistilahkan sebagai unsure-unsur makro. Unsur-unsur makro karbon, hydrogen, dan oksigen tersedia bagi tanaman melalui air dan udara. Sementara itu, kebutuhan akan unsur-unsur makro lain seperti nitrogen, fosfor, kalium, kalsium, magnesium, dan belerang dipenuhi melalui media tumbuh.
Pada kultur in vitro, nitrogen diberikan dalam jumlah terbesar dalam bentuk NH4NO3 atau KNO3. Kebutuhan akan magnesium dan belerang dapat dipenuhi melalui pemberian MgSO4.7H2O. Sementara itu, fosfor dapat diberikan dalam bentuk KH2.PO4. Kalium diberikan pada medium dalam bentuk KNO3 dan KH2.PO4. Sedangkan CaCl2.2H2O yang adalah bentuk anhidrat dari garam dapat diberikan untuk memenuhi kebutuhan akan kalsium.
Myo-inositol ditambahkan pada medium kultur sebanyak 50 mg. Pilihan dan takaran gula tergantung pada macam jaringan tanaman yang dikulturkan dan tujuan dari pengkulturan tersebut. Xilogenesis dapat diinduksi menggunakan myo-inositol sebagai sumber utama karbon.
Semua medium kultur in vitro dilengkapi sumber karbon dan energi. Sukrosa merupakan sumber karbon yang pada praktikum ditambahkan sebanyak 15 mg. Hampir semua kultur memperlihatkan respon pertumbuhan yang optimum dengan pemberian disakarida dalam bentuk sukrosa. Sukrosa bersifat labil terhadap pemanasan, sterilisasi senyawa ini menggunakan otoklaf akan menghasilkan kombinasi sukrosa, D-glukosa, dan D-fruktosa. Medium yang diotoklaf tersebut dapat memberikan hasil yang jauh berbeda dibandingkan dengan medium yang mengandung sukrosa  yang disterilkan secara filtrasi.
Larutan stok iron disiapkan secara terpisah karena adanya masalah pada kelarutan unsure ini. Larutan besi disiapkan dalam bentuk kelat sebagai garam natrium ferric ethylenediamine tetra-acetic (NaFeEDTA) sebanyak 1492 mg dan Fe2SO4.7H2O sebanyak 1112 mg.
Disamping unsur-unsur makro, sel-sel tanaman juga membutuhkan unsur-unsur mikro tertentu. Unsur-unsur mikro yang dibutuhkan oleh semua tanaman tingkat tinggi meliputi besi, mangan, seng, boron, tembaga, molibdat, dan klor. Stok besi disiapkan secara terpisah karena adanya masalah pada kelarutan unsur ini, biasanya ditambahkan HCl agar mudah larut. Dan unsur-unsur mikro tersebut meliputi kebutuhan akan mangan diberikan dalam bentuk MnSO4.4H20, kebutuhan akan seng diberikan dalam bentuk ZnSO4.4H2O, kebutuhan akan boron diberikan dalam bentuk H3BO3, kebutuhan akan klor diberikan dalam bentuk KI, kebutuhan akan molibdat diberikan dalam bentuk Na2MoO4.2H2O, kebutuhan akan tembaga diberikan dalam bentuk CuSO4.5H2O, dan kebutuhan akan kobalt diberikan dalam bentuk CoCl2.6H2O.
Pada media MS, ditambahkan juga vitamin. Vitamin memiliki fungsi katalitik pada sistem enzim dan dibutuhkan dalam jumlah kecil yaitu 2 ml. Satu-satunya vitamin yang dianggap esensial pada kultur in vitro adalah tiamin (vitamin B1). Tiamin diberikan pada medium kultur dalam bentuk tiamin-HCl sebanyak 5 mg. Pemberian niasin (asam nikotinat) dan piridoksin (vitamin B6) dapat meningkatkan pertumbuhan kultur. Pada medium niasin dan piridoksin diberikan dalam bentuk Nicotinic acid sebanyak 25 mg dan Pyridoxine-HCl sebanyak 25 mg. Pada larutan stok vitamin ditambahkan juga Glysin sebanyak 100 mg sebagai sumber protein bagi pertumbuhan dan perkembangan ekplan.
Keasaman medium adalah salah satu yang mempengaruhi keberhasilan kultur jaringan tanaman. Pada praktikum ini, disarankan pH antara 5,7 – 5,8. Medium yang terlalu asam (pH < 4,5) atau terlalu basa (pH > 7) dapat menghambat pertumbuhan dan perkembangan ekplan. Hal itu mungkin disebabkan oleh tidak tersedianya sejumlah unsur hara pada kisaran pH tertentu. Pada pH tinggi, unsur-unsur seperti besi, seng, mangan, tembaga, dan boron mengalami presipitasi sebagai hidroksi sehingga tidak tersedia bagi jaringan yang dikultur. Sedangkan pH yang rendah, unsure-unsur seperti kalium, magnesium, belerang, fosfor, dan molibdat menjadi tidak tersedia. Selain mempengaruhi ketersediaan unsure-unsur hara, pH juga mempengaruhi pula proses pemadatan medium. Medium akan menjadi terlalu keras bila pH > 6, sedangkan pada pH < 5,2 medium akan sulit untuk menjadi padat.
Pengambilan air oleh sel-sel tanaman diatur oleh besarnya potensi air antara cairan vakuola dan medium. Komponen utama medium yang mempengaruhi potensi air adalah konsentrasi agar-agar. Agar yang ditambahkan pada medium adalah sebanyak 4 gram. Suatu karakteristik koloid agar-agar pada kondisi padat adalah adanya retensi imbibisi air ke dalam misel gel.
Air yang digunakan pada medium dan air yang digunakan selama prosedur kultur in vitro hendaknya disuling dan didemineralisasi.
Pada preparasi alat dilakukan sterilisasi terlebih dahulu. Cara sterilisasi disesuaikan dengan jenis alat. Alat yang terbuat dari gelas seperti gelas beker, tabung reaksi, erlenmeyer, dan botol kultur di cuci terlebih dahulu kemudian di tutup mulut botol dengan alumunium foil atau plastik dan diikat dengan karet. Setelah itu, alat-alat tersebut disterilisasi dengan autoclave. Alat lainnya seperti skapel, pinset panjang maupun pendek, dan petridish dicuci dan dibungkus dengan kertas payung kemudian dimasukkan ke inkubator dengan suhu tertentu.
Pada media kultur yaitu media MS dimasukkan ke botol kultur yang telah disterilisasi dengan takaran yang sesuai sekitar 50 botol kultur, ditutup dengan alumunium foil dan plastik kemudian disterilisasi dengan autoclave. Botol-botol kultur yang telah berisi media tumbuh serta alat-alat yang telah disterilisasi diletakkan pada rak kultur yang telah dilengkapi lampu neon.

G.    Kesimpulan
Pada praktikum mengenai Preparasi Stok, Alat, dan Media Kultur Jaringan, praktikan membuat larutan stok Makronutrient dan membuat media MS menggunakan larutan stok lainnya yang sudah tersedia. Praktikan membuat larutan stok makronutrien dengan dua kali konsentrasi saja dan dilanjutkan dengan membuat madia MS dengan beberapa langkah sebagai berikut:
1.      Menimbang bahan-bahan kimia makronutrient
NH4 NO3                           3300 mg
KNO3                                3800 mg
CaCl2.2H2O                      880 mg
MgSO4.7H2O                    740 mg
KH2.PO4                           340 mg
2.    Melarutkan bahan-bahan tersebut satu persatu ke dalam Erlenmeyer 250 ml yang telah diisi dengan 150 ml aquadest, kemudian menggojok Erlenmeyer setiap kali penambahan bahan kimia sampai larut.
3.      Menambahkan aquadest sampai volume larutan menjadi 200 ml. untuk membuat 1 liter medium MS diperlukan 10 ml larutan stok makro.
4.  Menyiapkan Erlenmeyer 1000 ml yang telah diisi dengan 500 ml aquadest, kemudian menambahkan 10 ml larutan stok makronutrien dan mengaduknya hingga merata.
5.  Menambahkan bahan kimia dan larutan stok lain satu persatu. Setiap kali memasukkan bahan, melarutkan dengan menggunakan pengaduk baru kemudian memasukkan bahan berikutnya. Bahan yang dimasukkan berturut-turut adalah :
Myo-inositol                            50 mg
Sucrose                                    15 mg
Iron Stok                                 2,5 ml
Mikronutrient Stok                 2,5 ml
Vitamin Stok                           2 ml
Larutan hormone 2,4 D           2 ml 90 ppm
6.      Menambahkan aquades hingga larutan mencapai 800 ml.
7.      Mengukur pH (pH 5,7 – 5,8 ). Setelah pH sesuai dengan kebutuhan, menambahkan agar-agar powder ± 4 gr ( untuk media padat). Untuk media cair tidak perlu diberi agar-agar powder.
8.     Menambahkan aquadest  sampai volume mencapai 500 ml. kemudian memanaskan media dia atas hot plate sambil terus diaduk menggunakan magnetic stirrer sampai mendidih dan agar-agar larut.
9. Menuangkan ke dalam botol kultur secukupnya. Kemudian menutup dengan alumunium foil / plastic dan diberi label MS.
10. Mensterilisasi media MS menggunakan autoclave dengan temperature 121oC selama 15 menit.
11.   Meletakkan media MS tersebut pada rak kultur untuk digunakan selanjutnya.

Kemudian diperoleh satu liter media MS yang dituangkan ke dalam 50 buah botol kultur. Botol kultur dan alat-alat yang diperlukan disterilisasi dengan autoclave dan setelah itu diletakkan pada rak kultur.

Senin, 14 Maret 2016

OVERPLANTING BIBIT ANGGREK


A.    Tujuan
Penjarangan anggrek dalam botol

B.     Tinjauan Pustaka
Teknik kultur jaringan dengan menggunakan usaha propagasi akan dihasilkan tanaman dengan jumlah besar dalam waktu yang relatif singkat. Propagasi merupakan suatu cara pembiakan secara vegetatif untuk mendapatkan suatu populasi yang mempunyai sifat morfologis dan sifat genetik yang sama. Pelaksanaan propagasi anggrek melalui empat tahap, yaitu overplanting dan pemindahan, budidaya dalam komuniti pot, budidaya dalam pot individu dan pemeliharaan anggrek dewasa. Over planting adalah pemindahan bibit anggrek (planlet) ke dalam botol steril yang baru untuk pemenuhan kebutuhan nutrien, tetapi komposisi garam sama dengan yang sebelumnya. Apabila dalam tiga bulan media agar tidak diganti, maka media akan tampak kecokelatan, menjadi tipis dan mengering, sehingga daun planlet akan menguning.
Salah satu faktor penentu keberhasilan perbanyakan kultur jaringan, yaitu me-dia kultur. Berbagai komposisi media kultur telah diformulasikan untuk mengoptimalkan pertumbuhan dan perkembangan tanaman yang dikulturkan. Me-dia kultur jaringan terdiri dari beberapa versi, salah satunya adalah media Vacin dan Went. Media ini merupakan media yang dianggap paling baik untuk kultur jaringan anggrek. Media padat Vacin dan Went disimpan dalam botol-botol anggrek yang penyimpanannya diletakkan secara horisontal, sehingga media agar posisinya miring. Media yang digunakan dalam kultur jaringan haruslah mengandung garam-garam mineral yang terdiri dari unsur-unsur makro dan mikro, sumber karbon, vitamin, asam-asam amino, zat pengatur tumbuh, bahan organik kompleks.
Planlet dalam botol media Vacin dan Went diatur dengan rapi berjarak kurang lebih sama satu dengan yang lain. Diperkirakan dalam waktu tiga bulan, planlet su-dah memenuhi botol. Planlet anggrek dalam botol masih berupa kecambah dengan daun berjumlah dua sampai empat helai dan baru mulai keluar akar. Planlet yang siap untuk ditanam berumur 6 – 10 bulan. Planlet yang dipilih adalah planlet yang segar, berwarna hijau secara keseluruhan, serta tidak menampakkan adanya serangan jamur atau bakteri.

C.    Cara kerja
1.      Mensterilisasi entkas dengan kain yang telah dibasahi alcohol 70 %.
2.      Memasukkan alat dan bahan yang diperlukan ke dalam entkas, setelah terlebih dahulu mensterilkan dengan membasahi bagian luarnya dengan kain yang telah direndam alcohol 70%.
3.      Menyemprot entkas dengan menggunakan alcohol 70 %, kemudian membiarkan selama 10 menit.
4.      Mensterilkan tangan dengan cara menyemprot tangan menggunakan alcohol 70%. Overplanting dimulai dengan menyiapkan alat-alat yang diperlukan di dalam entkas
5.      Mengeluarkan bibit dari botol sebanyak ± 5 – 10 tanaman, kemudian meletakkan pada petridish steril. Mengeluarkan bibit dengan cara menjepit bagian diantara akar dan daun, kemudian menarik bibit dengan mengusahakan agar akar akar keluar terlebih dahulu.
6.      Menanam bibit ke dalam botol yang berisi medium baru satu per satu, sehingga jumlahnya dalam botol ± 6 bibit (jumlah bibit yang ditanam tergantung ukuran botol yang dipakai)
7.      Memisahkan bibit yang masih berhimpitan dengan bibit lain, juga pada media lama yang masih melekat pada bibit.
8.      Menutup botol dengan plastic kemudian diikat menggunakan karet gelang. Memberi label ada botol.
9.      Mengeluarkan botol yang baru ditanami bibit anggrek dan meletakkan pada rak yang tersedia.

D.     Alat dan bahan
1.      Entkas
2.      Petridish steril
3.      Pinset panjang dan pinset pendek steril
4.      Alcohol 70 %
5.      Medium anggrek dalam botol
6.      Bibit anggrek dalam botol, siap dipindah


E.     Hasil Pengamatan
Tabel. Hasil Pengamatan
No
Pengamatan ke-
Keterangan
1.
Pengamatan hari pertama


Hari pertama dilakukan overplanting pada bibit tanaman anggrek sekitar 7 bibit anggrek.
2.
Pengamatan hari kedua


Masih tetap sama seperti pada hari pertama.
3.

Pengamatan hari ketiga
(Tidak ada gambar)
Tumbuh jamur berwarna hijau pada seluruh permukaan media.

F.     Pembahasan
                 Pada praktikum ini bertujuan untuk melakukan penjarangan anggrek dalam botol. Penjarangan anggrek dalam botol ini diharapkan dalam beberapa hari akan tumbuh banyak anggrek baru (perbanyakan tanaman anggrek). Proses overplanting anggrek ini menjadi sangat penting mengingat anggrek tidak dapat tumbuh secara alami mulai dari biji tetapi dengan bantuan mikoriza. Proses ini membantu memperbanyak tanaman anggrek secara in vitro dengan menggunakan media Vacin and Went. Media Vacin and Went yang digunakan dalam kultur jaringan mengandung garam-garam mineral yang terdiri dari unsur-unsur makro dan mikro, sumber karbon, vitamin, asam-asam amino, zat pengatur tumbuh, dan bahan organik kompleks yang berfungsi dalam menyuplai nutrisi pada anggrek.
Pertama-tama yang dilakukan pada praktikum ini adalah mensterilisasi entkas dengan kain yang telah dibasahi alcohol 70 % dilakukan agar entkas steril dan siap digunakan untuk proses inokulasi. Memasukkan alat dan bahan yang diperlukan ke dalam entkas, setelah terlebih dahulu mensterilkan dengan membasahi bagian luarnya dengan kain yang telah direndam alcohol 70% untuk menjaga sterilisasi dari entkas dan agar saat inokulasi, tidak terjadi kontaminasi pada eksplan. Mensterilkan tangan dengan cara menyemprot tangan menggunakan alcohol 70% agar tidak mengkontaminasi eksplan. Overplanting dimulai dengan menyiapkan alat-alat yang diperlukan di dalam entkas. Mengeluarkan bibit dari botol sebanyak ± 5 – 10 tanaman, kemudian meletakkan pada petridish steril agar dapat dipisah-pisahkan. Mengeluarkan bibit dengan cara menjepit bagian diantara akar dan daun, kemudian menarik bibit dengan mengusahakan agar akar keluar terlebih dahulu agar memudahkan dikeluarkan dari botol.
Pemindahan bibit anggrek ke media baru dilakukan untuk pemenuhan kebutuhan nutrien, tetapi komposisi garam sama dengan yang sebelumnya. Apabila dalam tiga bulan media agar tidak diganti, maka media akan tampak kecokelatan, menjadi tipis dan mengering, sehingga daun planlet akan menguning. Berbagai komposisi media kultur telah diformulasikan untuk mengoptimalkan pertumbuhan dan perkembangan tanaman yang dikulturkan.
Bibit yang masih berhimpitan kemudian dipisahkan dengan bibit lain, juga pada media lama yang masih melekat pada bibit. Bibit ditanam ke dalam botol yang berisi medium baru satu per satu, sehingga jumlahnya dalam botol ± 7 bibit (jumlah bibit yang ditanam tergantung ukuran botol yang dipakai ). Menutup botol dengan plastik kemudian diikat menggunakan karet gelang. Memberi label pada botol agar mudah diketahui praktikan yang membuat kultur tersebut dan mudah diamati. Botol yang baru ditanami bibit anggrek dikeluarkan dan meletakkan pada rak yang tersedia yaitu rak kultur. Namun pada proses ini terjadi kendala karena susahnya memindahkan bibit anggrek ke botol kultur yang baru karena praktikan belum terlalu menguasai teknik pemindahan  (overplanting) anggrek.
Penjarangan tersebut dilakukan agar member tempat atau celah untuk pertumbuhan anggrek yang baru. Mengingat planlet anggrek yang ditanam masih berupa kecambah dengan daun berjumlah dua sampai empat helai dan baru mulai keluar akar. Sehingga akan terjadi perbanyakan tanaman secara vegetative didalam botol kultur tersebut.
Pada pengamatan kedua yaitu  pada hari yang kedua belum terjadi perubahan. Namun pada pengamatan ketiga yaitu pada hari ketiga, telah terjadi kontaminasi pada kultur anggrek tersebut ditandai dengan tumbuhnya jamur berwarna hijau pada seluruh permukaan media agar. Media dan bibit anggrek yang telah terkontaminasi langsung dibuang dan dicuci. Hal ini dilakukan karena apabila tetap ditumbuhkan maka kemungkinan anggrek tersebut terganggu pertumbuhannya bahkan mati karena nutrisi didalam media digunakan oleh jamur dan kemungkinan merusak jaringan pada tanaman anggrek.
Ada beberapa faktor terjadinya kontaminasi pada anggrek tersebut yaitu:
1.      Pada saat sterilisasi alat-alat, tidak dilakukan secara baik dan benar.
2.   Pinset panjang hanya satu dan digunakan untuk mengambil bibit anggrek pada botol kultur dan juga digunakan untuk overplanting anggrek pada botol kultur yang baru. Hal ini kemungkinan menyebabkan terkontaminasinya anggrek pada botol kultur yang baru.
3. Karena susah dalam mengeluarkan bibit anggrek dari botol kultur sebelumnya menyebabkan terkontaminasinya bibit anggrek dan media baik dari alat maupun dari udara. Hal ini kemungkinan terjadi karena praktikan belum terlalu menguasai teknik pemindahan (overplanting) anggrek.
4.    Bibit anggrek yang dikeluarkan berada di luar (terkena udara) terlalu lama karena harus diletakkan di petridish dan dibersihkan sisa media yang masih lengket diakarnya dan harus memilih bibit anggrek yang cocok untuk dimasukkan ke dalam botol kultur yang baru (overplanting).
5.      Botol kultur yang digunakan untuk overplanting anggrek terlalu lama terbuka sehingga terkena udara yang kemungkinan terkena spora udara.

G.    Diskusi
1.      Mengapa bibit anggrek dalam botol perlu dilakukan penjarangan?
2.      Mengapa media dalam botol yang akan dipakai untuk menanam bibit anggrek yang dipindah harus baru? Mengapa pH media harus diperhatikan?
3.      Apakah yang terjadi kalau seandainya media tempat tumbuh bibit anggrek dalam botol tersebut terkontaminasi, kemudian bibit anggrek tetap ditumbuhkan didalam medium botol tersebut?
Jawaban:
1.       Tujuan kultur planlet anggrek ini adalah untuk propagasi. Propagasi merupakan suatu cara pembiakan secara vegetatif untuk mendapatkan suatu populasi yang mempunyai sifat morfologis dan sifat genetik yang sama. Diperkirakan dalam waktu tiga bulan, planlet sudah memenuhi botol. Planlet anggrek dalam botol masih berupa kecambah dengan daun berjumlah dua sampai empat helai dan baru mulai keluar akar. Planlet yang siap untuk ditanam berumur 6 – 10 bulan. Planlet yang dipilih adalah planlet yang segar, berwarna hijau secara keseluruhan, serta tidak menampakkan adanya serangan jamur atau bakteri. Penjarangan dilakukan untuk memberi tempat atau celah untuk pertumbuhan anggrek yang baru.
2.      Media dalam botol untuk menanam anggrek harus baru untuk pemenuhan kebutuhan nutrien, tetapi komposisi garam sama dengan yang sebelumnya. Apabila dalam tiga bulan media agar tidak diganti, maka media akan tampak kecokelatan, menjadi tipis dan mengering, sehingga daun planlet akan menguning. Berbagai komposisi media kultur telah diformulasikan untuk mengoptimalkan pertumbuhan dan perkembangan tanaman yang dikulturkan
3.      Apabila telah terjadi kontaminasi dan bibit anggrek tetap berada pada botol tersebut maka pertumbuhan dan perkembangan anggrek akan terganggu, anggrek tidak tumbuh optimal, sakit karena kerusakan jaringan oleh jamur dan bakteri bahkan bibit anggrek dapat mati. Hal ini juga dapat terjadi karena terjadi kompetisi dalam memperebutkan nutrisi pada media, apalagi perlu diingat bahwa pertumbuhan jamur dan bakteri sangat cepat.


H.    Kesimpulan
Pada praktikum ini, praktikan melakukan overplanting anggrek yang bertujuan untuk penjarangan anggrek. Hal ini dilakukan untuk perbanyak anggrek yang bermula hanya 7 anggrek diharapkan akan menjadi banyak tanaman (planlet) anggrek. Namun pada praktikum ini, hasil yang diperoleh adalah terjadi kontaminasi jamur pada botol kultur tersebut. Sehingga dapat dikatakan praktikan gagal dalam melakukan overplanting anggrek.



DAFTAR PUSTAKA
Tim Dosen Kultur Jaringan. 2012. Petunjuk Praktikum Kultur jaringan Tumbuhan. Yogyakarta: FMIPA UNY.
Zulkarnain. 2009. Kultur Jaringan Tanaman Edisi 1, Cetakan 2. Editor, Rini Rachmawati. Jakarta: Bumi Aksara.